Dari dalam sebuah fail lusuh, saya terjumpa sejumlah sajak saya yang lama. Bertaip di atas kertas yang sudah rapuh, menguning dan garing dimamah waktu, dan tidak berjilidpun. Saya membelek-belek, tidak banyak, hanya 21 buah dan terhasil dalam tahun 1986 hingga 1987. Sebahagiannya sudah terlupakan. Yang sudah tersiar dalam akhbar atau majalah, saya catat dengan tulisan tangan - tarikh siaran dan nama akhbar/majalahnya.
Sajak ini saya baca waktu di luar alam kebasahan oleh hujan yang turun sejak awal pagi. Begitu kontras.
Sajak ini saya baca waktu di luar alam kebasahan oleh hujan yang turun sejak awal pagi. Begitu kontras.
Nyanyian Kemarau
Bila matahari menciumi cuaca
mengusir hijau daunan
dan menyebarkan salam kematian:
temaramlah mimpi kesuburan.
Susut usia menyinggah
pada daun-daun
mengabarkan kisaran musim:
jerit matahari menggelepar
di sela ranting-ranting - daun-daun menyisih.
Mastika
Mei 1989
(Biasanya sajak-sajak yang tersiar saya simpan keratan akhbar atau majalahnya, tapi Mastika keluaran di atas, jenuh dicari tapi tidak saya temui. Saya jarang ketinggalan membeli majalah Mastika versi 80an dan awal 90an, iaitu sebelum bertukar bentuk menjadi Mastika seperti yang kita lihat sekarang.)
Dalam Diri
i.
Suara gerimis melayarkan sepi
ada detik yang diam-diam berangkat
menyalami lelah duka
mimpi terhimpit
pada selaut kata
tak tereja.
ii.
Sebuah ruang mencatatkan getar sunyi
yang luruh, menyalami
lelah duka
selaut puisi
tak terselam maknanya.
Berita Minggu
25.09.1988
(Yang saya ingat, sajak ini terhasil sewaktu saya bersendirian (dan sunyi) di kamar sewaan. Rehan Yaakob, teman penyewa, banyak sangat aktivitinya, sampai kerap lupa balik! Sesekali Amy Ghapor dan teman baiknya Ema Sulai datang meriuhkan kamar. Hingar juga kalau Pah Ni turut bersama. Saya dan seorang teman lagi, Noorjan Abd Rahim, kerapnya jadi tukang ketawa saja!
Menjelang Perkahwinan
(untuk Lina)
Berulang kali kau mencatat getar rindu
yang berangkat, menyulaminya dengan rindu
Dan kudengar desah kupu-kupu
dari dadamu.
Detik berangkat dalam senyap
sebentar lagi kau bakal menyempurna mimpi.
Tanpa Judul
Kudengar titik hujan
memercikkan sisanya ke daun-daun,
ke tanah dan ke atas atap
dari dalam kamar memang dapat kubayangkan
kilaunya waktu cahaya lampu
mencuri keluar dan mencumbuinya.
Memang ada sezarah keinginan menguit rasaku
memintal sepi ke dalam bahasanya
tetapi jam yang kulirik
mengingatkan kepada banyak perkara yang tidak selesai,
Ah! Hidup terlalu banyak mengejar keperluan
Berita Minggu
Dis 1987
(tidak tercatat tarikh, dan yang saya ingat, saya memang terlalai untuk menyimpan keratan akhbarnya)
Saya suka suasana sewaktu hujan turun. Waktu kecil saya suka dengar bunyi hujan mengguyur dari dalam rumah dengan pintu dan tingkap tertutup rapat.
Sewaktu Menyatu Gerak
Alam di Jantungku...
Kecuali desir hujan yang memesrai rumputan
tiada nyanyian yang mendamparkan dingin Teluk Laguna ke mari.
Semilir angin yang berlenggang di dada Makiliing
telah menyalami sepinya
melontar puisi
yang pasrah dalam genggaman zat.
.... ada bisikan di tasbih rahsia!
Berita Minggu
14.06.87
Catatan Hari Hujan
Hanya hujan yang membawa baumu ke mari
setelah desir angin menghantarmu
sesudah lelap mimpi di perbaringan
menyisir helaian sunyi
memilir di rambut hari.
Tidak ada yang bersemarak hari ini
kecuali manis mawar di perbukitan
disuburi angin basah
segala yang lain tiba-tiba senyap
di bawah gerimis.
Hanya desir hujan
memesrai rumputan.
Berita Minggu
12.04.87
Di luar, Hujan Sedang Turun...
Sebelum subuh hujan melontar desirnya
ke dasar sepi. Dingin yang berlumba
mencumbu kamar
membolosi jendela terbuka.
Apakah di sana engkau tiba-tiba terjaga
waktu derunya tiba-tiba memukul
kaca jendela?
Dan sehingga ia reda
tak henti kusalami
dingin mimpi tersisa.
Sajak Sederhana
Tidak kudengar angin menyapa
di langit, bulan terlucut dari malam
dan pengap mengabarkan penantian yang
dirasa begitu lama.
Sewaktu titis embun mengingatkanku kepada waktu
kulepaskan catatan-catatan yang kurasa tidak bermakna.
Di ujung malam ada doa kukirimkan
begitu sederhana.
Berita Minggu
06.12.87
Bila matahari menciumi cuaca
mengusir hijau daunan
dan menyebarkan salam kematian:
temaramlah mimpi kesuburan.
Susut usia menyinggah
pada daun-daun
mengabarkan kisaran musim:
jerit matahari menggelepar
di sela ranting-ranting - daun-daun menyisih.
Mastika
Mei 1989
(Biasanya sajak-sajak yang tersiar saya simpan keratan akhbar atau majalahnya, tapi Mastika keluaran di atas, jenuh dicari tapi tidak saya temui. Saya jarang ketinggalan membeli majalah Mastika versi 80an dan awal 90an, iaitu sebelum bertukar bentuk menjadi Mastika seperti yang kita lihat sekarang.)
Dalam Diri
i.
Suara gerimis melayarkan sepi
ada detik yang diam-diam berangkat
menyalami lelah duka
mimpi terhimpit
pada selaut kata
tak tereja.
ii.
Sebuah ruang mencatatkan getar sunyi
yang luruh, menyalami
lelah duka
selaut puisi
tak terselam maknanya.
Berita Minggu
25.09.1988
(Yang saya ingat, sajak ini terhasil sewaktu saya bersendirian (dan sunyi) di kamar sewaan. Rehan Yaakob, teman penyewa, banyak sangat aktivitinya, sampai kerap lupa balik! Sesekali Amy Ghapor dan teman baiknya Ema Sulai datang meriuhkan kamar. Hingar juga kalau Pah Ni turut bersama. Saya dan seorang teman lagi, Noorjan Abd Rahim, kerapnya jadi tukang ketawa saja!
Menjelang Perkahwinan
(untuk Lina)
Berulang kali kau mencatat getar rindu
yang berangkat, menyulaminya dengan rindu
Dan kudengar desah kupu-kupu
dari dadamu.
Detik berangkat dalam senyap
sebentar lagi kau bakal menyempurna mimpi.
Tanpa Judul
Kudengar titik hujan
memercikkan sisanya ke daun-daun,
ke tanah dan ke atas atap
dari dalam kamar memang dapat kubayangkan
kilaunya waktu cahaya lampu
mencuri keluar dan mencumbuinya.
Memang ada sezarah keinginan menguit rasaku
memintal sepi ke dalam bahasanya
tetapi jam yang kulirik
mengingatkan kepada banyak perkara yang tidak selesai,
Ah! Hidup terlalu banyak mengejar keperluan
Berita Minggu
Dis 1987
(tidak tercatat tarikh, dan yang saya ingat, saya memang terlalai untuk menyimpan keratan akhbarnya)
Saya suka suasana sewaktu hujan turun. Waktu kecil saya suka dengar bunyi hujan mengguyur dari dalam rumah dengan pintu dan tingkap tertutup rapat.
Sewaktu Menyatu Gerak
Alam di Jantungku...
Kecuali desir hujan yang memesrai rumputan
tiada nyanyian yang mendamparkan dingin Teluk Laguna ke mari.
Semilir angin yang berlenggang di dada Makiliing
telah menyalami sepinya
melontar puisi
yang pasrah dalam genggaman zat.
.... ada bisikan di tasbih rahsia!
Berita Minggu
14.06.87
Catatan Hari Hujan
Hanya hujan yang membawa baumu ke mari
setelah desir angin menghantarmu
sesudah lelap mimpi di perbaringan
menyisir helaian sunyi
memilir di rambut hari.
Tidak ada yang bersemarak hari ini
kecuali manis mawar di perbukitan
disuburi angin basah
segala yang lain tiba-tiba senyap
di bawah gerimis.
Hanya desir hujan
memesrai rumputan.
Berita Minggu
12.04.87
Di luar, Hujan Sedang Turun...
Sebelum subuh hujan melontar desirnya
ke dasar sepi. Dingin yang berlumba
mencumbu kamar
membolosi jendela terbuka.
Apakah di sana engkau tiba-tiba terjaga
waktu derunya tiba-tiba memukul
kaca jendela?
Dan sehingga ia reda
tak henti kusalami
dingin mimpi tersisa.
Sajak Sederhana
Tidak kudengar angin menyapa
di langit, bulan terlucut dari malam
dan pengap mengabarkan penantian yang
dirasa begitu lama.
Sewaktu titis embun mengingatkanku kepada waktu
kulepaskan catatan-catatan yang kurasa tidak bermakna.
Di ujung malam ada doa kukirimkan
begitu sederhana.
Berita Minggu
06.12.87
6 comments:
wah,tahniah dah boleh terbit antologi ni...teruskan usaha...
sajak untuk hubby masa bercinta hari tu tak ade ke...
Insyaallah. Cuti ni harap dapatlah compile semua sajak tu.
Tu semua sajak tengah bercinta la tu...
Terima kasih. Insyaallah, cuti ni harap dapt compile semua sajak dulu sampaila yang terkini.
Tu semua sajak tengah bercinta la tu....
He heh...silap teknik! Ter'send' dua kali lak...
Kak eta,, bait2 sajak yang mengasyikkan,, terima kasih
Dekni, lagi asyik kalau menganyam rotan...He.. he!
Post a Comment