Saya mengenalinya lewat puisi.
Arwah Pak Engku mencadangkan saya menghantar sajak saya kepadanya untuk dimuatkan ke dalam antologi 'Anti Perang'. Dan sejak itu dia akan menghantar ucapan tahniah lewat sms jika puisi saya mendapat siaran.
Kami bertemu dalam dua majlis sastera (Saya jarang hadiri majlis sastera). Dan begitulah persahabatan itu terjadi.
Saya mendapat kabar tentang sakit yang dideritainya menerusi blog seorang penulis. Saya teringat ceritanya dalam suatu perbualan telefon, "Waktu i bercakap dengan you ni, i tengah menahan sakit. Muka terasa macam dicakar-cakar, macam digigit binatang bisa pun ada," Demikian ceritanya.
Ada sesekali (waktu dia terasa kuat sedikit), dia mengabarkan keadaan dirinya melalui sms. Memang dugaan itu datang dalam berbagai wajah.
Semalam, dia dijemput Illahi. Al Fatihah.
Saya perturunkan sajaknya di sini.
Munajat iv
Pada bisik yang lirih
ku apungkan doa ke dada langit:
Luluhkan tompok dendam
dari membiak dalam saraf resahku
dan kembalikan diam itu
agar aku bisa mendengar suara-Mu.
No comments:
Post a Comment