Thursday, May 30, 2013

Menikmati Catan


Catan berbicara dengan warna. 
Puisi berbicara dengan kata. 
Catan adalah dunia kata dengan warna. 
Puisi adalah dunia warna dengan kata

Maka itu tidak hairan 
jika 
pemuisi mengakrabi warna 
dan pelukis menyenangi kata. 


Saya bangga andai catan  terus dijadikan penghias kulit majalah, lebih-lebih lagi majalah seperti Dewan Budaya dan Dewan Sastera. Untuk menikmati catan makanya kita harus menghormati karya itu sendiri. 
Dan saya fikir penikmatan visual agak terganggu jika catan dihadirkan dengan tempelan huruf-huruf pada wajahnya. 

Bukankah lebih baik catan itu itu dibiarkan dalam bingkai tak terusik seperti yang dilakukan pada tiga naskah majalah di sebelah kiri? (rujuk foto iringan di atas)

Kecualilah jika yang dikatakan 'catan' itu hanyalah tempekan/tempelan/percikan/lontaran warna yang tiba-tiba diperakui sebagai catan.....

Ya, saya berharap agar catan (dan sebarang karya visual yang lain) terus dimanfaatkan sebagai penghias kulit majalah atau buku, dalam keadaan yang tidak terganggu dengan tindanan teks.

Pengkarya yang diabadikan karyanya pada majalah dalam foto di atas:
Bermula dari paling kiri bawah:

  •  Mastura Abdul Rahman - House of Flwer, House of Harmony (Dewan Sastera Disember 2007)
  •  A Latiff Mohidin - Pago-pago (Dewan Budaya Januari 2013)
  •  Jalaini Abu Hassan - Teratai dan Sarang Burung Tempua (Dewan Sastera Februari 20130
  •  Rafiee Abd Ghani - Still life in Red (DS Dewan Sastera Mac 2013)
  •  Awang Damit - Intipati Budaya (DS Dewan Sastera Mei 2013) 



No comments: