Saturday, October 3, 2009

Mimpi Benih Damai

(Buat Sana Shah di Lahore dan anak-anak Seed of Peace seluruh dunia)

Ada rasa menyingkap dukamu
Saat merpati kehilangan putih warnanya
Lukapun mengabar puisi derita
Benua itu sarat sengketa
nyawa manusia pertaruhan tanpa harga
Tapi cinta tetap bertelaga di matamu, Sana
Mengerlip membisiki mimpi
Di dadamu tumbuh subur.

Saat kaujabat
tangan para sahabat
Penghuni kecil dunia
Sesama mengakrabi kasih insani
Tanpa ras, tiada kasta
Meski kulit berbeza warna
Cinta berkelopak sesama manusia.

Tapi mimpi cinta
Lindap di matamu, Sana
Keamanan dan kecintaan
Hanyalah debu angan-angan
Kerana dunia menyesah
Gelombang nafasnya yang lelah
Kemanusiaan luluh di hujung senjata
Cinta menzarah dengan harga tak terjangkau
Darah melakar kanvas sejarah
Bangsamu diintai dendam tak sudah.

Jangan tangisi cinta yang mendebu, Sana
Teruskan karangi nyanyi benih damai
Dengan anak-anak dari segenap bangsa
Memang suara kecil tidak bisa mengubah dunia
Tapi dendang cinta harus terus menyebar
Melodinya ke serata benua.

Rositah Hj Ibrahim
(Prahara di Padang Karbala, 2003/Terbitan Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi, UPM dengan Kerjasama Pustaka Nusa Sdn Bhd)

Sajak di atas terhasil setelah menatap sekeping foto dalam majalah Newsweek. Foto itu memaparkan profil seorang gadis yang sedang merenung masjid di kejauhan dari sebuah bangunan ( kelihatannya seperti balkoni sebuah bangunan).

Rencana yang mengiringi gambar itu mengisahkan seorang gadis 14 tahun bernama Sana Shah, dari Lahore. Dia telah memenangi sebuah pertandingan karangan yang dikhususkan kepada kanak-kanak di negara-negara yang dilanda peperangan. Pertandingan itu dianjurkan oleh sebuah pertubuhan bukan kerajaan bernama Seed of Peace yang berpengkalan di Amerika. Seed of Peace telah memilih dan mengumpulkan pemenang-pemenang pertandingan itu di sebuah daerah di Amerika dan menganjurkan aktiviti untuk anak-anak ini.

Saya tidak berapa ingat tentang aktiviti yang dijalani oleh anak-anak ini. Tapi apa yang yang saya pasti adalah mereka berkumpul di suatu tempat, menjalani kehidupan sebagai kanak-kanak dan melupakan keperitan peperangan.

Setelah melalui suatu tempoh masa, mereka pun pulang ke negara asal. Rencana ini menyoroti kehidupan harian gadis kecil itu di tempat asalnya. Dipaparkan juga foto Sana Shah bersama rakan-rakan sekolahnya.

Saya lalu membayangkan sebuah dunia yang bebas sengketa...
Saya terbayangkan lukisan matahari tersenyum yang dibuat oleh anak-anak kita...
Saya teringat pameran lukisan kanak-kanak dari sebuah negara yang sentiasa berdarah - darahnya menyimbah ke atas kanvas!

No comments: